REVIEW BUKU : KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA (Nikmah suryandari)
REVIEW
BUKU : KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA
(Nikmah
suryandari)
- IDENTITAS BUKU
Judul : Buku ajar komunikasi Lintas Budaya
Penulis : Nikmah Suryandari
Penerbit : CV. Putra Media Nusantara (PNM),Surabaya
Tahun : 2019
- REVIEW BUKU
Buku
Komunikasi Lintas Budaya ditulis oleh Nikmah Suryandari dengan dasar ditujukan sebagai
bahan ajar dosen dalam perkuliahan komunikasi budaya di Indonesia. Isi
pembahasan buku ini menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, sehingga
dapat dipelajari oleh dosen, mahasiswa dan masyarakat umum yang ingin
mempelajari seputar komunikasi lintas budaya.
Komunikasi
lintas budaya sering digunakan untuk menyebut makna komunikasi antar budaya,
tanpa dibatasi oleh konteks geografis, ras dan etnik. Melalui kajian komunikasi
lintas budaya pada buku ini, penulis menjelaskan bahwa setiap orang akan
memahami kebudayaannya sendiri dan mengakui bahwa ada isu kebudayaan yang
dominan yang dimiliki orang lain dalam relasi antar budaya. Artinya Komunikasi
Antar Budaya dapat dilakukan kalau kita mengetahui kebudayaan kita dan
kebudayaan orang lain. Dalam buku ini, penulis mencoba untuk membangun konsep
kajian komunikasi dan kebudayaan. Penulis membahas kajian komunikasi lintas
budaya tersebut kedalam beberapa topik kajian. Diawali dengan latar belakang,
pengertian dan dimensi komunikasi lintas budaya, penulis menjelaskan urgensi
dari mempelajari kajian komunikasi lintas budaya yang sebenarnya tidak selalu
mudah, faktor penyebab perubahan dan keragaman budaya, pengertian komunikasi
antar budaya dan lintas budaya dari berbagai pendapat serta perbandingan antara
keduanya sehingga pembaca dapat mengetahui dan memahami dasar dari komunikasi
lintas budaya.
Penulis
memberikan pemahaman terhadap prinsip – prinsip komunikasi lintas budaya serta
sejarah yang melatarbelakangi munculnya kajian komunikasi antar budaya. Akar
dari studi komunikasi antarbudaya dapat ditemukan dari era Perang Dunia Kedua,
ketika Amerika mendominasi panggung dunia. Pemerintah dan pebisnis Amerika
bekerja melewati benua dan berbagai macam daerah sehingga mereka menyadari
adanya perbedaan budaya serta adanya kendala – kendala yang muncul seperti
bahasa. Hal ini menjadi tantangan bagi mereka dalam hal komunikasi lintas
budaya yang mereka jalani. Penulis menjelaskan bahwa sebagai bentuk respon,
Pemerintah Amerika membentuk FSI (Foreign Service Istitute) ditahun 1946 yang
kemudian karena keterbatasan penelitian mereka memformulasikan cara baru untuk
melihat komunikasi dan budaya. Kemudian pada tahun 1959, Edward T. Hall
memperkenalkan istilah komunikasi antar budaya. Ada tiga pandangan pendekatan
atau paradigma kajian komunikasi antar budaya (disebutkan oleh Martin dan
Nakayama dalam bukunya Intercultural
Communication in Contexts, 2010: 50) yaitu pendekatan ilmu pengetahuan sosial
(fungsionalis/positivis), pendekatan intepretif, dan pendekatan kritis.
Setelah
membahas sejarah serta pendekatan kajian, penulis menyajikan pembahasan terkait
perbedaan dan keterkaitan antara komunikasi dan kebudayaan. Penulis menjelaskan
bahwa budaya tidak hanya mempengaruhi komunikasi melainkan memainkan peranannya
melalui komunikasi, sehingga ketika budata masuk kedalam ranah komunikasi,
budaya juga dipengaruhi oleh komunikasi seperti yang dikatakan oleh Martin dan
Nakayama bahwa “budaya mempengaruhi komunikasi, dan sebaliknya” (2007:92).
Sehingga dapat dikatakan bahwa budaya dipaksa menyesuaikan dengan aturan
komunikasi yang bermain didalam suatu budaya tertentu. Selanjutnya, penulis
juga menjelaskan tentang keterkaitan identitas dengan komunikasi antar budaya
dalam bagian tersendiri. Penulis menjelaskan bahwa ada tiga prespektif dalam
memandang hubungan komunikasi dengan identitas, yaitu: pertama, prespektif ilmu
sosial yang melihat the self (diri) berada pada sebuah kebiasaan statis yang
bersifat relatif, dan terkait pada beberapa komunitas budaya dimana seseorang
mempunyai rasa memiliki, seperti nasionalitas, ras, etnisitas, agama, jender,
dan lainlain. Kedua, prespektif intepretif yang memandang identitas sebagai hal
yang dinamis dan menghargai pentingnya suatu peran interaksi dengan orang lain
sebagai suatu faktor dalam pengembangan the self (diri). Ketiga, prespektif
kritis yang memandang identitas lebih dinamis, yaitu sebagai hasil dari dunia
sosial yang didalamnya terjadi sebuah pertarungan sejarah identitas.
Penulis
mengatakan bahwa setiap pembelajaran dalam komunikasi lintas budaya perlu
melibatkan informasi mengenai komunikasi non verbal, karena beberapa alasan,
diantaranya: 1) komunikasi non verbal mengartikan keadaan internal untuk
menyatakan sikap, perasaan dan emosi; 2) komunikasi non verbal penting dalam
interaksi manusia karena dapat menciptakan kesan; 3) komunikasi non verbal baik
yang disengaja maupun tidak disengaja memberi kita dan lawan bicara tentang
petunjuk mengenai percakapan. Komunikasi non verbal ini menjadi bagian
tersendiri dalam buku ini, dibagian ini penulis menjelaskan tentang kode – kode
atau tanda – tanda non verbal dalam komunikasi lintas budaya.
Bagian
terakhir dalam buku ini menyampaikan terkait transisi lintas budaya yang
terjadi dalam interaksi dan komunikasi lintas budaya. Seperti yang kita ketahui
bersama bahwa melalui hubungan, kita belajar banyak tentang kebudayaan satu
dengan kebudayaan lainnya. Hubungan ini memberikan manfaat diantaranya
diantaranya (1) memperoleh pengetahuan tentang Komunikasi Lintas Budaya dunia,
(2) mematahkan stereotip, dan (3) memperoleh keterampilan baru. Dalam hubungan
antar budaya, kita sering mempelajari informasi spesifik tentang bahasa dan
pola budaya asing.
Bahasa
buku yang sederhana, lugas dan bagus cukup memudahkan pembaca untuk memahami
isi buku. Buku ini sangat bagus untuk dijadikan referensi dalam kajian
komunikasi lintas budaya bagi siapapun. Referensi – referensi dalam buku ini
sangat kaya sehingga banyak pemikiran – pemikiran baik tokoh nasional maupun
internasional yang dapat menambah khazanah keilmuan. Sedikit kekurangan dalam
buku ini adalah pemilihan ukuran font yang terlalu kecil, sehingga membutuhkan
kejelian dalam membaca. Namun kekurangan tersebut dapat ditutupi dengan alur per
bab yang ditulis secara rinci.
Komentar
Posting Komentar